Friday, May 2, 2008

Cetusan Rasa Seorang Suami Yang Bertaqwa

Jika seorang suami merasa belum bisa mencukupi kebutuhan isteri, lebih-lebih sang isteri harus membanting tulang membantu suami mencari nafkah, maka selayaknya ia harus berkaca dari kelemahannya itu demi menumbuhkan penghargaan terhadap sang isteri. Tentu saja, sang isteri juga harus memahami bahwa dengan posisi lebihnya itu ia tidak bisa memaki seenak hati. Ia tetap dianjurkan taat kepada suami demi mendapatkan keridhaannya.

Hari ini, saya mencuba merenungi diri. Betapa banyak kelemahan yang saya miliki sebagai suami, betapa banyak kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh isteri. Keterlibatan saya di dalam mengasuh anak-anak, membantu pekerjaan rumah tangga, dan membantu aktiviti2 yang lain, rasanya belum cukup untuk membalas semua kebaikannya itu. Saya belum bisa memberikan sesuatu yang berharga dan membahagiakan dirinya.
Hanya terlintas dalam hati, ‘andai saya tidak ridha kepada isteri saya, alangkah zalimnya saya. Padahal ia tidak melakukan kemaksiatan apapun.’ Pada akhirnya saya berfikir, hanya ridha suami inilah yang bisa saya berikan kepadanya. Ridha suami inilah yang saya harapkan semoga menjadi jalan baginya untuk memasuki surga-Nya dari pintu mana saja. Mengharapkannya menjadi bidadari di surga yang penuh kenikmatan, sebagai buah dari tugasnya sebagai bidadari di dunia yang dipenuhi ketaatan dan kesabaran. Kadang saya bersedih merenungi kelemahan diri karena tidak bisa memberikan apa-apa. Tetapi saya optimis bahwa Allah akan memberikan balasan terbaik untuknya. Insya Allah.
Waallahua’lam bishshawaab

No comments: